
Waduh Gajah Mungkur terletak sekitar tujuh kilometer dari kota Wonogiri ke arah Selatan. Ditempuh sekitar 15 menit dengan kondisi jalan mulus dan lancar. Waduk Gajah Mungkur dibangun secara swakelola dengan bantuan konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd Jepang pada tahun 1976 dan pada tahun 1981 diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto. Sebelum dijadikan sebagai tempat wisata, Waduk Gajah Mungkur dibuat untuk pengendali banjir (Flood Control) Sungai Bengawan Solo. Tujuan lain pembuatan bendungan serbaguna ini sebagai pembangkit tenaga listrik (PLTA). Selain itu fungsi lain dari pembangunan waduk itu adalah untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian seluas 23600 ha milik masyarakat Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Sragen dan sekitarnya.
Melihat daerah dan potensi lain, kemudian Waduk Gajah Mungkur dikembangkan menjadi tempat wisata bagi warga Wonogiri dan sekitarnya. Selain sebagai sarana wisata, Waduk Gajah Mungkur sangat strategis untuk olah raga udara dan air (Layar dan dayung). Wonogiri merupakan daerah perbukitan berupa lembah buta. Secara regional kawasan ini termasuk bagian dari topografis pegunungan Selatan dengan ketinggian bukit yang sangat bervariasi antara 15 –20 meter. Daerah datar antar perbukitan menempati dasar-dasar bukit yang terpisah-pisah.
Keindahan bukit-bukit yang alami menambah suasana menjadi nyaman dan asri di Waduk Gajah Mungkur. Saat memasuki daerah wisata Waduk Gajah Mungkur, pengunjung disambut dengan patung yang melambangkan bedol desa. Patung itu mengingatkan bahwa saat proses pembuatannya harus memindahkan atau mentransmigrasikan 51 desa di Tujuh kecamatan yang kurang lebih dihuni sekitar 12.157 kepala keluarga. Mereka secara sukarela mengikuti Program Bedhol Desa dengan bertranmigrasi ke berbagai daerah di Sumatera. Seperti Sitiung Propinsi Sumatera Barat, Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai Ilir, Pemenang Propinsi Jambi, Air Lais, Sebelat, Ketahun, Ipuh Propinsi Bengkulu, Panggang, Baturaja Propinsi Sumatera Selatan.

Di kawasan waduk ini juga beberapa kali diadakan event-event seperti kejuaraan paralayang dan gantole. Tanggal 4-9 Agustus 2009 lalu, diselenggarakan event Wonogiri XC Challenge Indonesia Nasional and Open Paragliding Championship 2009 menampilkan kejuaran paralayang yang diikuti sebanyak 74 atlet dari 10 negara seperti China, Korea, Philipina, Jepang, Amerika, Australia, Jerman, Switzerland, dan Hongkong.
Bagi para pengunjung yang ingin melihat event-event wisata ritual lainnya bisa datang pada bulan Muharam/Suro “Jamasan Pusaka Mangkunegaran”. Sedangkan di bulan Syawal biasanya diadakan Syawalan ketupat, panggung hiburan dan pentas seni budaya Reog, Tari Kethek Ogleng, Campursari dan Orkes Dangdut.
Setelah lelah mengelilingi area waduk, pengunjung bisa menikmati hidangan yang berada di atas air yang biasa disebut warung terapung dengan sajian khas ikan bakar nila. Dikawasan obyek wisata ini juga dikembangkan Agrowisata berupa pembudidayaan berbagai jenis ikan tawar.
teknos bbs|FT Istimewa
Weleh8x..... =D
BalasHapus