Kabarimut:>> Angin laut bertiup lembut. Ombak berkejaran seakan berlomba menyentuh bibir pantai. Namun, sebagian lebih dahulu pecah menerjang tubuh sejumlah remaja yang sengaja berdiri berjajar menantang ombak. Sesaat kemudian beberapa tubuh itu terhempas. Tapi tak ada tangisan, justru tawa riang yang beradu dengan gemuruh ombak dan angin laut.
Pantai
Depok memang menawarkan eksotisme alam yang luar biasa. Langit cerah, biru air
laut, dan pasir putihnya membentuk sebuah lanskap indah dengan gradasi warna
yang mampu mendatangkan kedamaian bagi mata-mata yang memandangnya. Ombak yang
bersahabat juga makin memungkinkan orang untuk bercengkerama dengan harmoni
alam yang terhampar.
Berlokasi
di Desa Kretek, Bantul, Yogyakarta, pantai ini hanya berjarak 1,5 kilometer
dari Pantai Parangtritis. Dibuka sebagai objek wisata untuk umum sejak tahun
1998, Pantai Depok layak menjadi alternatif pilihan Anda melakukan refreshing. Selain keindahan panorama
alamnya, Pantai Depok juga relatif bersih. Baik dari sampah fisik – seperti
sisa bungkus makanan dan botol minuman – maupun “sampah non fisik”.
Ya.
Pantai Depok berhasil membalik stigma sebagian pihak bahwa lokasi wisata
identik dengan “sarang” maksiat. Di sini, jangan harap Anda akan menemukan
penjual minuman keras dan perjudian. Bahkan pengamen dan pengemis pun tidak
diperkenankan “beroperasi” di sekitar objek wisata ini. Pengurus setempat telah
sepakat mengambil kebijakan untuk menghilangkan unsur tersebut dari Pantai
Depok demi kenyamanan pengunjung. Jadi, jika datang ke pantai ini, Anda dapat
menikmati keindahan alam nan memesona tanpa khawatir diganggu para pemabuk dan
juga pengemis dan pengamen.
Kenyamanan makin terasa karena pemerintah setempat bersama Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI mencanangkan Gerakan Nasional Sadar Wisata dan
Aksi Sapta Pesona serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Pariwisata.
Aksi
nyata ini diharapkan akan membuat alam tetap berjabat erat dengan kita, manusia.
Tenang, damai. Seperti matahari Pantai Depok yang perlahan luruh menuju
peraduannya pada senja itu.
Lahir dari Rahim Krismon
1998,
Indonesia dilanda krisis moneter yang cukup parah, dengan dampak ikutan
merembet ke berbagai sektor di hampir semua daerah di Nusantara. Ini pula yang
dirasakan masyarakat di Desa Kretek, Bantul, Yogyakarta. Banyak penduduk
kehilangan pekerjaan dan menganggur.
Adalah
Topo, seorang sesepuh di Pantai Depok yang mengambil inisiatif untuk mengubah
keadaan. Dibantu sejumlah nelayan setempat, Topo berusaha menjadikan kawasan
itu sebagai tempat pelelangan ikan. Upaya tersebut mendapat sambutan positif
dari pemerintah setempat. Dinas Perikanan dan Kelautan Bantul lantas
memfasilitasi dengan melakukan uji coba dan mendatangkan tiga unit perahu
cekung dari Cilacap, Jawa Tengah.
Uji
coba tersebut sukses dijalankan. Para nelayan berhasil menangkap ikan dalam
jumlah besar sehingga mampu meningkatkan pendapatan. Mereka pun lantas
mendirikan Kelompok Nelayan Mina Bahari 45. Pelan tapi pasti, kawasan itu pun
mulai ramai didatangi pengunjung yang ingin membeli ikan. Seiring dengan
itulah, Pantai Depok bersolek dan menjadikan diri sebagai objek wisata eksotis.
Hati Senang Perut Kenyang
Berkunjung ke Pantai Depok, kita tak perlu dipusingkan dengan urusan
perut yang kadang datang tanpa bisa ditawar. Di sekitar lokasi wisata terdapat
banyak warung yang menyediakan aneka macam produk kuliner. Jadi, setelah puas
dan lelah bercengkerama dengan ombak dan pasir putih, pengunjung dapat dengan
mudah melepas lelah sambil memanjakan perut.
Contohnya saja Warung "Eco" Mbah Mardi yang sempat didatangi
tim pakansi.com ketika berpakansi ke
Pantai Depok. Ini adalah satu dari beberapa warung yang
tersebar di kawasan tersebut, yang menyediakan makanan hidangan laut (seafood) yang menggugah selera. Sebut
saja ikan bakar, kepiting rebus, udang goreng tepung, ikan goreng mentega, asam
pedas, asam manis, kepiting saus tiram, sampai kakap kuah kuning. Untuk
minumnya, tersedia berbagai jenis minuman mulai dari air mineral hingga es
kelapa muda yang menyegarkan.
Di warung-warung tersebut, pengunjung bebas memilih menu hidangan yang
ingin disantap. Umumnya, mereka memesan ikan terlebih dulu di tempat pelelangan
yang berada di kawasan tersebut, sebelum dimasak oleh para pemilik warung.
Mereka cukup membayar ongkos masak. Ada pula yang langsung memesan masakan
jadi, tanpa membeli ikan terlebih dahulu. Hmmm… yummy…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar