Didi Kempot/ dok. Instagram/didikempot_official |
Penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) pagi di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah. Menjelang sore, maestro campursari itu di makamkan di Ngawi, Jawa Timur. Penyanyi yang digelari The Godfather of Broken Heart alias Bapak Patah Hati Nasional itu meninggal dunia dalam usia 53 tahun, sama dengan usia kakaknya, pelawak Mamiek Prakoso, yang meninggal dunia lebih dulu, 3 Agustus 2014 silam.
Dihimpun dari berbagai sumber, Didi Kempot merintis kariernya dari pengamen jalanan sejak usia 18 tahun. Meski sebagai anak seniman terkenal di Surakarta, dan memiliki kakak yang lebih dulu sukses menjadi pelawak Srimulat, Didi kempot tetap berjuang sendiri. Ia tidak mau merepotkan keluarganya demi mencapai kesuksesan.
Sejak tahun 1984, ayah lima orang anak dari dua istri itu, menjadi pengamen jalanan di kota kelahirannya, Surakarta. Dengan bermodalkan ukulele dan kendang, Didi mulai mencari uang di jalanan dengan mengamen. Sekitar tiga tahun atau sekitar tahun 1986, ia lantas meninggalkan Solo untuk mencoba peruntungan ditempat lain.
Adik pelawak mendiang Mamiek Prakoso itu lantas mencoba peruntungan di kota Gudeg, Yogyakarya. Salah satu yang menjadi tempat mencari uang recehan adalah Malioboro. Disini, ia banyak membawakan lagu-lagu keroncong dangdut atau congdut yang sekarang di kenal dengan campursari.Tahun 1987, Didi mencoba peruntungan di Ibu Kota. Meski memiliki kakak artis yang telah lebih dulu di Jakara, ia tetap pada tekadnya untuk untuk mandiri atau tidak merepotkan orang lain. Ia tetap menjadi pengamen jalanan. Hidup di jalanan bersama para pengamen, sering berkumpul bersama musisi jalanan di daerah Slipi,Palmerah, Cakung, dan Senen.
Bersama para pengamen jalalan di Jakarta tersebut, ia lantas mendapat julukan 'Kempot'. Yang merupakan kependekan dari Kelompok Pengamen Trotoar. Tekadnya untuk menjadi penyanyi semakin serius. Sembari ngamen, ia juga rekaman membuat album bersama teman-temannya. Ia menyebarkan album yang telah di rekam bersama teman-temannya sesama pengamen jalanan.
Meski sempat beberapa kali gagal saat menawarkan albumnya, tidak lantas membuat Didi Kempot putus asa. Ia terus konsisten dengan lagu yang dibawakan serta musik yang diusungnya. Ternyata, penampilannya menarik salah satu label, yaitu Musica Studio's sekitar tahun 1989.
Kemudian, Didi Kempot meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah Cidro. Yang hingga kini masih sering kita dengar. Berkat lagu tersebut, nama Didi semakin di kenal di Suriname, Amerika Selatan.Sebagai penyanyi yang mengusung musik tradisional, tahun 1993, Didi mendapat kesempatan tampil di luar negeri. Bahkan, ia sering manggung di Suriname. Setelah sukses di Suriname, ia lantas menginjakkan kakinya di benua Eropa. Tahun 1996, lagu Layang Kangen digarap dan direkam di Rotterdam, Belanda.
Sukses di Suriname, Kembali ke Tanah Air
Didi Kempot/ dok. Instagram/didikempot_official |
Dalam salah satu keterangangan saat di wawancara salah satu televisi, Didi telah menciptakan sekitar 700 hingga 800 lagu. Beberapa diantaranya sukses di terima di masyarakat. Diantaranya, Ketaman Asmoro,Pokok'e Melu, Cucak Rowo, Jambu Alas dan Ono Opo. Tahun 2013, sukses dengan Kalung Emas. Dan tahun 2016, lagu Suket Teki juga sukses di pasaran.
Sebelum meninggal dunia, Didi Kempot telah merencanakan menggelar konser 30 tahun berkarier. Rencananya, konser akbar sebagai tanda 30 tahun meniti karier di industri musik itu akan digelar pada 30 November mendatang di Gelora Bung Karno (GBK). Meski telah tiada, menurut sang istri, Yan Velia, konser akan tetap di gelar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar