Pintu Masuk/ft: IST |
Memasuki kawasan ini, Anda
akan disuguhi panorama yang menyejukkan mata, menenteramkan batin .
Batu-batu besar yang teronggok di sebelah kanan jalan di pinggir kali
menjadi tempat pasangan muda-mudi bersantai atau bercengkerama. Di
sebelah kiri, tebing tinggi dengan tumbuh-tumbuhan menghijau membuat
objek wisata ini sebuah lanskap yang indah untuk dinikmati.
Seakan tak mau ketingggalan,
kera-kera pun bergelantungan riang di ranting pepohonan, seakan menjadi
“among tamu” bagi para wisatawan yang datang. Burung-burung berkicau
bersahut-sahutan menjadi irama pengiring.
Karenanya, kesan alami begitu
kuat terasa ketika Anda mengunjungi lokasi wisata ini. Dan memang,
kealamiahan inilah yang menjadi “jualan” utama Khayangan. Setidaknya,
itu diakui Winasis, salah seorang pengunjung. "Saya kangen ke sini
(Khayangan) karena semuanya serba alami , " ujar perempuan asal
Ronggojati, Batuwarno, yang telah lama menetap di Jakarta ini.
Khayangan sendiri berupa
aliran sungai khas pegunungan, tepatnya aliran Sungai Wiroko yang
bermuara ke sungai Bengawan Solo. Begitu alaminya, hingga “gerbang”
kawasan ini pun terbentuk dari batu besar yang berdiri berdampingan.
Nah, pengunjung masuk melalui sela-sela batu tersebut yang mempunyai
tinggi kurang lebih satu meter, dengan lebar di bawah kurang lebih 80
cm, dan semakin mengerucut di bagian atas . Maka itu, untuk bisa masuk,
para pengunjung harus berjalan merunduk agar kepala tidak membentur
bagian atas gapura.
Foto: IST |
Setelah melewati gerbang
tersebut, barulah pengunjung akan mendapati sebuah area yang cukup lebar
dan sudah diplester. Di sebelah kiri, kita akan menemukan goa yang
kabarnya sering dipergunakan untuk bertapa atau bermeditasi untuk
mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Ya, lebih dari sekadar kesan
alami, pemandian yang terletak di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ini rupanya juga menyimpan jejak
sejarah yang tak bisa dianggap sepele. Konon, menurut cerita para
pinisepuh, tempat ini dulunya merupakan petilasan Panembahan Senopati, R
aja Mataram, dalam melakukan tirakat atau meditasi. Di tempat inilah
Raja Mataram pertama yang bernama asli Danang Sutowijoyo itu mendapatkan
wahyu dan mengadakan perjanjian dengan Ratu Kidul untuk bersama-sama
membangun kerajaan di tanah Jawa.
Khayangan juga disebut-sebut
sebagai salah satu petilasan dari R.M. Said (Pangeran Sambernyowo atau
Mangkunegoro I) yang juga sebagai pendiri Kota Wonogiri. Bahkan, cerita
paling mutakhir, penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto, juga
disebut-sebut sering melakukan semedi di tempat ini.
Benarkah
cerita tersebut? Wallahualam bissawab. Yang jelas, bagi masyarakat Solo
dan sekitarnya, Khayangan memang sudah tak asing lagi. Objek wisata
seluas 9.301.08 hektare (ha) ini dikenal masyarakat sebagai kawasan
wisata ritual. Saban malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon, di
tempat ini banyak orang yang melakukan semedi dan ngalab (mencari)
berkah. Tidak sedikit juga para calon pemimpin yang ingin menang dalam
pemilihan, melakukan tirakat di tempat ini.
Khusus di malam 1 Syuro
(Muharam), tempat ini ramai dipenuhi dengan pengunjung yang datang dari
berbagai daerah. Mulai dari orang biasa hingga pejabat daerah. Obor
menyala di sepanjang jalan mendekati lokasi membuat suasana semakin
semarak yang sengaja dipasang oleh pengelola. Wayang kulit semalam
suntuk juga menjadi hiburan yang sarat makna.
Namun, tidak semua pengunjung
mempunyai niatan yang sama. Bagi pasangan muda-mudi, kebanyakan hanya
ingin menghabiskan waktu untuk bergadang bersama. Namun, tidak sedikit
juga yang berendam karena mempunyai keinginan tertentu. Maklumlah,
menurut kepercayaan yang berkembang, air di lokasi tersebut membawa
berkah dan bisa membuat orang menjadi terlihat cantik dan awet muda jika
dibasuhkan ke muka.
Foto: IST |
Anda tertarik? Tidak terlalu
sulit kok akses menuju objek wisata Khayangan. Dari pusat kota Wonogiri,
Khayangan hanya berjarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan ke arah
selatan. Perjalanan pun tidak terasa membosankan karena melewati
beberapa bukit dengan jalan beraspal mulus dengan kontur berkelok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar